Senin, 13 Juli 2009

Merenung

Ya Allah, Ya Robb Maafkanlah segala dosa-dosa yang telah aku perbuat selama ini.

Mungkin kalau dimatematikakan dosa-dosa ini sudah menggunung , menutupi jagat ini.

Ya Allah, tunjukkanlah aku ke jalanMu yang lurus itu ya Allah

Bimbinglah aku ya,Allah,

Yang Maha Pemberi Petunjuk kepada hamba-hambanya yang dikehendaki

Maafkanlah ya Allah segala dosa-dosa yang telah aku perbuat

Maafkanlah dosa-dosa hamba-Mu yang hina ini

Maafkanlah ya Robb

Hindarkanlah aku dari perbuatan setan yang sesat

Dekatkanlah dengan surgaMu ya Allah

Jadikan hamba anak yang berbakti kepada ke dua orang tua

Bermanfaat bagi seluruh manusia

KETIKA AKU INGIN BERKHIANAT

Aku ingin bertanya! Sebenaranya dicintai itu milih siapa seh! Kenapa sampai hari ini dalam otakku. Seorang wanita yang dicintai oleh seorang laki-laki pastilah dia mempunyai kelebihan. Entah itu karena dia cantik, cedas, cakap, maupun pandai bergaul. Trus bagaimana dengan cewek-cewek yang belum menemukan kelebihan pada dirinya untuk layak dianggap mempunyai nilai lebih hingga dapat membuat cowok memilihnya. Aku sempat berfikir, bagaimana jika kelebihan itu tak juga datang hingga maut menjelang. Apakah seorang wanita tak berhak merasakan apa yang namanya dicintai.

Jika memang cinta itu milik semua orang, apakah kita bebas memilih ornag yang ingin kita cintai! Bolehkan kita mencintai orang yang seharusnya tak boleh kita cintai. Adalah apa itu yang namanya cinta terlarang!

Apakah mencintai orang yang lebih dahulu dicintai dan mungkin telah menjadi milik sahabatnya sendiri termasuk cinta terlarang!

Sungguh kejam jika itu termasuk cinta terlarang! Sungguh kejam juga jika itu dianggap mengkhianati sahabatnya sendiri. Orang mungkin dengan mudahnya menganggap orang yang mencintai pacar sahabanya sendiri bagai pagar makan tanaman. Atau mungkin kadang menyebutnya sahabat yang tak tahu diri atau mungkin malah menyebutnya orang yang tak tahu etika berteman.

Namun, sadarkah kalian jika kalian di suruh mendefinisikan cinta. Pasti aka nada lebih dari 100 orang dari 1 juta orang yang mengatakan bahwa cinta itu tak pandang tempat. Tak sedikit juga yang mengatakan cinta bisa tumbuh kapan pun dimana pun dan oleh siapa pun.

Namun, ketika mereka ditanya bagaimana dengan seorang sahabat yang mencintai pacar sahabatnya sendiri. Pasti mereka akan mencela dan menyalahkannya habis-habisan. Tanpa mereka ingin tahu apa yang dulu mereka katakana tentang definisi cinta. Sungguh tak adil.

Terlebih lagi jika cinta yang mereka anggap itu cinta terlarang adalah jodohnya. Jodoh yan telah digariskan tuhan untuknya.
Hm, kembali aku berfikir memaknai definisi cinta yang telah banyak orang katakana. Cinta tak pandang apapun, dimana pun, kapan pun.

Seandainya aku adalah orang yang sadar belakangan jika orang yang ku cintai sedang dimiliki oleh sahabatku. Mungkin yang aku lakukan adalah menjauh darinya. Menjauh dari keduanya. Tak sedikit orang yang rela memendam dan bahkan mencoba menghilangkan rasa cintanya itu demi seorang sahabat! Apakah kalian juga demikian!

Hm, mungkin aku juga memilih jalan yang sama dengan mereka! Memilih meninggalkan semuanya, mengbur semuanya dan mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa itu bukan cinta dan hanya kagum, meyakinkan diriku sendiri jika aku mencintainya pastilah dia memilih sahabatku karena memang mereka saling mencintai. Tak ada orang yang ingin dianggap orang ketiga yang menjadi penghancur hubungan orang lain.

Aku akan berfikir, tak mungkin dia juga mencintaiku! Aku jelas lebih buruk dari sahabatku. Sahabatku sangatlah perfect. Hingga aku harus pergi dalam arti sebenarnya untuk melupakan itu semua.

Aku tak habis pikir!

Hm, usiaku sudah hampir menginjak 18 taun. Hah, lumayan tua juga ya! Se enggaknya, aku sudah tergolong dewasa! Aku sudah memiliki SIM, KTP dan KTM. Otomatis aku bukan lagi anak kemarin sore yang baru lahir. Aku telah dipercaya dan mendapat izin oleh negara untuk memakai motor karena aku sudah punya SIM. Aku juga telah berhak menentukan mana yang terbaik untuk hidupku karena aku sudah mempunyai KTP, otomatis aku punya hak pilih untuk memilih presiden (calon pemimpinku yang MUNGKIN bisa merubah masa depanku untuk menjadi lebih baik). Dan aku juga sudah boleh dikatakan dewasa karena aku sekrag sudah menjadi mahasiswa yang mempunyai KTM. Aku bisa mengikuti lomba-lomba antar fakultas. Aku bisa menunjukkan kreativitasku, aku bisa menunjukkan bakatku pada semua orang! Namun, aku tak habis pikir! Ketika pemerintah telah percaya padaku dengan memberikan KTP, SIM dan pihak Universitas telah memberiku KTM, dia orang yang sangat aku hormati tak pernah percaya padaku untuk melakukan sesuatu!

Aku hanya ingin menggunakan hak ku. Aku ingin pergi ke tempat yang aku inginkan dengan motorku karena aku sudah mempunyai SIM. Aku ingin berkumpul bersama-teman-temanku layaknya remaja seumuranku. Berjalan-jalan, rekresasi, atau pun kumpul-kumpul bersama mereka karena aku sudah mempunyai hak untuk menentukan dengan siapa aku berteman karena aku sudah mempunyai KTP. Aku ingin bertemu teman-teman lamaku karena aku sekarang sudah mahasiswa, buktinya aku punya KTM. Secara garis besar aku sudah dewasa. Dan aku yakin aku bisa dan mampu untuk melakukan itu. Karena aku sudah dewasa. Aku tahu mana yang baik bagiku dan mana yang tak baik untukku.

Dan yang aku heran hingga saat ini adalah engkau tak pernah percaya dengan segala pilihanku dan apa yang aku lakukan. Seolah-olah apa yang aku lakukan adalah salah. Seakan-akan engkau yang selalu benar dan tepat mengatur hidupku. Dalam usiaku saat ini aku masih saja engkau kendalikan kemudi hidupku. Dari apa yang aku pakai hari ini hingga kemana hari aku harus pergi. Semuanya harus meminta persetujuanmu. Jika engkau tak setuju aku pun dengan senang hati (.....)harus membatalkan planing ku hari itu juga. Padahal aku telah terlanjur berjanji pada teman-temanku.

Mungkin teman-temanku menganggapku orang yang plin plan dan suka ingkar janji! Namun, tahu kah kalian jika aku melakukan itu karena ada alasan. Dan mungkin alasan itu kadang seperti tak logis. Namun itulah sebenarnya.

Padahal, jika aku berbohong padanya! Hanya 1 persen kemungkinan engkau akan tahu. Namun aku tak melakuakan itu! Karena aku tak mau membohongimu! Karena aku tak ingin jadi anak durhaka. Dan ketika aku terpaksa melakuakan itu karena ada hal yang sangat penting dan aku jujur padamu untuk melakukan itu namun engkau tak setuju aku akan mendapatkan duka mu. Tahukah engkau! Ketika engkau berduka padaku! Aku sangat hancur hatiku karena aku merasa akan menjadi calon penghuni neraka jahanam. Aku minta maaf padamu, namun engkau tak pernah menerima maafku. Hingga lama nian... dan akhirnya aku yang harus mengajakmu berdamai. Aneh benar!!!!! Padahal aku tahu apa yang aku lakukan sangatlah tidak melanggar apapun, baik norma hukun, norma moral maupun norma adat. Tapi engkau seakan tak pernah ingin tahu apa alasanku! Dan engkau juga seakan tak menghargai kejujuranku. Padahal aku bisa saja berbohong padamu tapi itu gak aku lakukan karena aku tak suka dibohongi makanya aku tak igin berbohong padamu. Namun ternyata sia-sia, kau telah membuatku menangisi apa yang kau lakukan padaku. Kau mendiamkanku seakan-akan aku telah membuat kesalahan yang besar dan tak termaafkan. Padahal itu Cuma hal yang sepele.

Namun, jika engkau yang membuat kesalahan seakan-akan tak ada dalam kitab hukum perdata jika aku boleh marah padamu. Aku harus selalu memaafkanmu dengan segera tanpa engkaku pernah mengucapkan kata maaf padaku. Seakan tak ada kesempatan aku harus marah padamu. Hm, dan kenapa hanya kepada aku engkau begitu marah jika aku membuat kesalahan! Padahal kesalahanku hanyalah kesalahan yang sepele. Apakah salah jika aku hanya pergi ke tempat teman dan aku izinnya ketika aku sudah sampai di rumah teman! Apakah aku salah jika aku lupa mengerjakan pekerjaan rumah yang jika dipersentase aku hanya lupa mencuci pakaian dari semua kegiatan rumah tangga yang harus aku kerjakan. Engkau seakan selalu menganggapku terlalu kuat untuk engkau marahi! Terlalu kuat untuk engkau selalu salahkan! Tak logis memang jika aku hanya melakukan kesalahan kecil seperti itu engkau harus marah padaku hingga beberapa hari. Memang aku tak pernah menagis di hadapanmu! Karea aku tak ingin engkau anggap lemah! Aku memang kuat! Aku buktikan itu!

Berbeda dengan dia, ketika dia melakukan kesalahan yang fatal sekalipun kau tak pernah memarahinya hingga beberapa hari. Malah ketika dia yang melakukan kesalahan, engkaulah yang minta maaf padanya dan engkaulah yang mengajaknya damai dan membujuknya! Aneh sekali! Sungguh pilih kasih! Namun, aku tak pernah mengucapkan itu padamu! Karena aku tahu itu tak penting bagimu. Aku tahu, marahmu hanya untukku!

Hidupku hanya lah engkau yang berhak mengendalikannya. Ketika aku ingin pergi ke suatu tempat engkau tak akan pernah percaya jika aku bisa! Dan engkau selalu saja melarangku! Sudah ku duga aku harus patuh padamu! Sedikit saja aku melawan padamu! Engkau pasti menganggapku pembrontak!!!! Sehinanya apa seh aku ini. Untuk memutuskan masalahku sendiri aku harus bertanya dan meminta persetujuanmu! Sampai kapan aku begini! Namun, aku kembali sadar jika pa yang engkau lakukan padaku adalah yang terbaik untukku walaupun itu hanyalah dalam pandanganmu! Aku tahu itu! Namun, sekali saja engkau melihat itu dengan sudut pandangku! Aku sangat tersiksa dengan semua ini! Apakah engkau pernah memikirkan perasaanku! Aku kehilangan teman-temanku karena dirimu

Yapz, aku akan melakan semuanya untukmu! Entah sampai kapan aku tak tahu, aku masih sanggup melakukan itu semua! Semoga aku ikhlas melakukan ini. Walau sulit sekali hati ini untuk mengendalikan semut-semut kecil yang lambat laun ingin membrontak dengan segala kebijakanmu!

TOPENG

Sudah lama aku melepaskan TOPENG ku. Merasa bebas, lepas dan be my self itulah diriku sekarang. Tanpa topeng, aku bisa mengatakan apa yang ingin aku katakana tanpa berpikir panjang apa yang nantinya terjadi. Dengan topeng aku mencari teman. Bersama topeng aku mencoba mencari jati diri.

Banyak hal yang dulu gak bisa aku lakukan dengan topeng yang selalu menutupi wajahku, kini aku bebas melakukannya tanpa ada rasa beban dalam hati. Apa yang aku ingin lakukan, aku lakukan. Terlalu merasa senang aku dengan semua ini, dengan keadaanku sekarang ini. Lebih tepatnya lagi, dengan berhasilnya aku melepas topeng yang telah lama bertengger di wajahku ini. Topeng yang telah memberikan banyak kenangan pahit. Namun, sekarang?....

Aku bertanya pada diriku sendiri, apakah benar topeng yang telah lama menemaniku telah benar-benar aku buang. Apakah aku tak akan membutuhkannya lagi? Eh, di mana gerangan topengku! Tiba-tiba aku teringat dengan topengku! Topeng yang membatasi semua gerak-gerikku. Topeng yang membatasi kebebasanku. Kenapa dulu aku mempunyai kekuatan untuk melepasmu! Aku bertanya-tanya! Apakah benar aku telah merasakan kebebasan, seperti kebebasan yang selama ini aku impikan!

Prestasiku hancur, imanku kabur, hidupku kacau! Apakah ini yang dinamakan kebebasan. Tanpa pernah merasa berdosa aku membohongi diriku sendiri. Ku katakan pada diriku sendiri jika ini semua adalah suatu kebebasan yang selama ini ku impikan. Dengan suara lantang ku doktrin hatiku, jika apa yang ku lakukan semua ini adalah suatu perjuangan untuk meraih kebebasan. Freedom! Jika aku tak suka sesuatu tanpa berpikir panjang apakah ada yang akan merasa tersinggung dengan perbuatan maupun perkataanku, aku akan mengatakan “Gak“.

Dengan bangganya aku bisa berteman dengan orang-orang yang juga mengaku sedang berjuang mencari jati diri. Pernah aku bertanya pada diriku sendiri ketika itu! Kenapa kita harus mencari jati diri? Kenapa kita gak menyusun dan menata jati diri sendiri. Bukankah jika mencari jati diri itu sama dengan meniru jati diri orang lain. Hm, berarti jika kita mencari jati diri sama dengan mencari contekan kepribadian seseorang ! hah,,,, namun, aku juga seperti mereka ! tetap ingin mencari jati dirku……………… .

Ku dapati banyak teman ketika aku melepas topengku. Aku menjadi orang yang mudah bergaul dengan siapa saja. Ku tingglkan orang-orang yang dulu menjadi temanku ketika aku masih memakai topeng. Aku merasa enjay dengan keadaan sekarang ini. Hidup tanpa kepura-puraan ! itulah aku !

Bertahun-tahun aku telah merasakan kebebasan ini. Tanpa beban dan malu, aku membuang waktuku bersama teman-teman untuk hanya sekedar ngobrol, jalan-jalan maupun hanya sekedar kumpul-kumpul tak jelas. Aku menyukai keadaan ini. Aku bisa tertawa lepas ketika aku ingin tertawa, dan aku akan marah jika memang aku ingin marah. Tak seperti dulu ketika aku masih memakai topeng, untuk tertawa lepas ataupun marah pun aku sungkan hanya menyimpannya dalam hati. Sekarang masa bodoh dengan semua itu. Toh apa yang aku lakukan sekarang masih dalam batas-batas pergaulan yang wajar. Aku merasa bersyukur dengan keadaanku saat ini. Aku merasa bersyukur aku bisa merasakan kebebasaan ini, tak seperti dulu! Aku hanyalah orang yang selalu kalah, pendiam atau tebih tepatnya merasa harus selalu mengalah dan harus diam. Karena aku merasa menjadi orang yang tak berguna. Aku ingin Punya teman! Ya itu..itu saja.

Namun, hari ini, ketika semua temanku merasa bosan denganku. Aku seperti ditinggalkan sendiri. Dan aku merasa sendiri lagi! Entah kenapa mereka tak mengajakku menikmati kebebasan itu. Kenapa?

Detik ini, aku sadar! Ternyata aku yang menjauh dari mereka! Bukan mereka yang meninggalkanku. Entahlah, ketika aku menikmati semua kebebasan yang ada. Jiwaku merasa hampa! Apa benar ini hidupku. Apa benar aku telah melepaskan topeng ku. Atau mungkin saat ini aku sedang memakai topeng yang terlalu tebal hingga hatiku terasa mati untuk membedakan mana yang kepura-puraan, dan mana yang ku lakukan dengan tulus.

Sekarang mereka selalu mengangapku “kuno“. Aku menjadi telmi diantara semua temanku sekarang. Hm, entahlah! Hingga suatu hari aku bertemu dengan teman lamaku. Mereka masih dengan tulusnya menyapaku! Dengan tulusnya mereka mengulurkan rasa persabatan kepadaku. Aku sadar, ternyata bukan teman lamaku yang memakai topeng! Namun teman-teman ku, yang menganggap kebebasan itu segala-galanya lah yang memakai topeng. Hm, aku tahu! Kenapa aku dulu menjadi orang yang tak banyak tingkah! Karena aku ingin menjaga tingkah lakuku. Aku ingin membuat orang tuaku bangga. Aku juga ingat kenapa dulu aku sangat rajin belajar hingga selalu menjadi juara kelas! Karena aku merasa dengan itulah aku bisa berbakti kepada orang tuaku. Tidak seperti saat ini, aku merasa belajar itu tak penting, hingga aku tak pernah lagi merasakan bagaimana rasanya menjadi juara kelas. Ah.. boro-boro peringkat pertama, 20 besar kelas pun aku tak masuk. Dan untuk menebus semua itu. Aku harus belajar mati-matian. Tak peduli teman-temanku mengejekku, “Sok Rajin lah!“ aku gak peduli. Yang ku pedulikan sekarang adalah... aku ingin memakai topeng yang telah lama aku buang. Aku sadar, tanpamu aku tak bisa mengendalikan diriku ini. Sungguh! Dimana kau berada! Aku sangat membutuhkanmu dalam hidupku. Aku sanga membutuhkanmu dalam semua langkahku untuk selalu dekat denganNya, untuk menjadi orang yang bisa membuat orang tuaku bangga! Sekali lagi maafkan topeng ku jika aku dulu telah membuangmu! Aku butuh topengku yang dulu. Maukah kau kembali bersamaku?

Selasa, 07 Juli 2009

SAMPAIKANLAH PADANYA BUNGA MAWAR PUTIHKU!

Aku malu…
Tak terasa diusiamu yang telah renta
Kau masih selalu memberikan semua yang ku minta
Walau hanya kuminta dalam diam

Aku malu…
Matamu yang sayu
Sanggup melihat isi ragaku
Tajam menusuk kalbu
Melihat empeduku

Aku malu…
Diriku yang lemah
Dayaku yang telah lama musnah
Telah harus membuatmu menggenggam erat takdir
Sendiri…
Aku takut….
Kau telah menyesal meminjamkan rahimmu
Pada diriku
Anak buangan tanpa makna

Aku takut…
Tak bisa lagi melihat semangatmu
Selalu mencoba melewati pahitnya dunia
Penuh jejak tak menentu

Aku takut…
Jiwaku tak kan pernah mampu
Membantumu menemukan sebutir padi dalam lumpur
Untuk kita berdua

Hanya kau yang selalu bilang…
Bahwa aku pasti bisa menemukan diriku yang hanya bayang-bayang menjadi utuh
Hanya kau yang selalu bilang…
Bahwa aku pasti bisa melintasi lumpur yang penuh jejak tanpa dirimu

Tapi, aku takut tak akan pernah bisa
Telah ku kais-kais
Semua yang ku punya
Namun, hanya bunga mawar putih
Yang ku temukan di bawah kolong meja

Untukmu……….
Bunga mawar putih…..
Maukah kau menemaniku
Bersamaku menyampaikan sesuatu
Pada seorang yang kucintai

Bunga mawar putih…….
Sampaikanlah ucapan terima kasihku
Kepada seorang yang telah renta itu
Kepada pahlawanku
Bersamaku dalam diam….